Minggu, 15 Maret 2009

MENEPIS DENGKI DAN IRI HATI

Tak sedikit hati manusia itu terkontaminasi rasa dengki dan iri hati, salah satu jenis penyakit hati ini adalah yang pertama kali muncul di langit dan di bumi melanda seorang manusia putra Adam as. bernama Qabil yang kemudian berakibat fatal sebab kedengkian yang sangat memuncak karena berbagai faktor kompetitif pengorbanannya kepada Tuhan Allah SWT terhadap adiknya Habil.
Akibat dendam kesumat yang begitu membara membelenggu hati Qabil itu hingga terjadi tragedi bedarah pertama memerciki bumi yang masih suci kala itu dengan teganya sang kakak membunuh adik kesayangannya sendiri Habil.
Inilah petaka kedengkian hati yang telah sukses pertama kali dilakukan manusia atas ulah rayuan iblis dimuka bumi ini. Kedengkian kedua adalah keirian iblis terhadap Adam as. ketika diperintahkan Tuhan untuk rukuk dan sujud padanya namun ia merasa congkak dan kesombongannya menganggap ia lebih hebat dari pada penciptaan manusia (Adam) atas dirinya.”Engkau ciptakan saya dari api sedang Engkau ciptakan dia dari tanah”. (Al-A’raf: 12).
Kemudian hal yang sangat kita waspadai sekarang, seiring perjalanan waktu kehidupan manusia terhadap bahaya kedengkian dan iri hati yang semakin berkembang diberbagai kausalitas peristiwa ditengah masyarakat saat ini, manakala tuntutan hidup manusia sangat multi kompleks dan serba kompetitif yang mungkin tak dapat dihindarkan.
Mulai dari hal yang sepele tentang harta, rizqi, pangkat, jabatan serta kedudukan di suatu institusi lain yang semua itu sifatnya hanyalah sementara (fana) seringkali menjadi pemicu maraknya kedengkian di tengah masyarakat yang sangat rentan. Sehingga ujung-ujungnya tak lain adalah kebutuhan perut hingga persaingan-persaingan prestise pribadi.
Betapa bahaya dari perasaan dengki dan iri hati itu jika dibiarkan berkeliaran di belantara hati manusia maka yang akan terjadi adalah rasa hasud, dendam, dan ketidak puasan. Bahkan perilaku tidak sportif lainnyapun kadang sanggup dijalankan, ada istilah menggunting dalam lipatan sesama teman seperjuangan, menohok dari belakang, lempar batu sembunyi tangan sangat mereka sukai.
Dari semua itu akhirnya lebih dekat pada suatu perpecahan dan pertumpahan darah karena pengusaan iblis yang jahat itu telah merasuk di hati manusia dengan memandang gelap sebelah mata terhadap kesuksesan dan kejayaan orang lain, na’udzu billah.
Tak sedikit contoh lain tragedi yang sering terjadi ditengah masyarakat kita atas berkobarnya rasa dengki dan iri hati itu, rasa emosi, unjuk rasa, saling tebar fitnah, saling mencerca dan bahkan saling teror terhadap sesama saudara kita sendiri.
Perlu kita fahami bahwa jika Tuhan Allah berkenan melimpahkan suatu kenikmatan kepada kita atau orang lain, maka ada dua sikap yang acap muncul dalam hal menghadapi keadaan ini. Pertama, ada perasaan membenci nikmat itu dan merasa suka jika nikmat itu lenyap darinya. Kedua, perasaan tidak membenci keberadaan nikmat itu dan tidak menginginkan ia lenyap, tetapi di dalam hatinya ada keinginan untuk mendapatkan kenikmatan yang serupa.
Pembaca yang budiman, marilah kita renungkan betapa kerusakan hubungan manusia karena sangat dipengaruhi rasa hasud, dengki dan iri hati yang dibiarkan membelenggu dada manusia. Sebab kemungkinan kurangnya kontrol dan filter dalam membangun harmonisasi komunitas sesama manusia (humanisme) diantara kita.
Ada pesan dari Az-Zubair bin Al-Awwam r.a, dia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, “Kalian akan dijalari suatu penyakit umat-umat sebelum kalian yaitu dengki dan kebencian.” (At-Tirmidzy dan Ahmad).
Dalam sabda yang lain Nabi SAW bersabda, “Janganlah kalian saling membenci, saling memutuskan hubungan, saling mendengki, saling bermusuhan. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara”. (Al-Bukhary dan Muslim).
Demikianlah jika melihat fenomena yang telah banyak terjadi di pentas kehidupan manusia sejak Adam as. hingga akhir-akhir zaman ini, memang sudah diklaim oleh makhluk Tuhan yang lain yang disebut iblis maupun syaithan untuk senantiasa mengguncang hati-hati manusia agar selalu berbuat dengki dan iri hati dan menjurus pada kehancuran.
Sebagai akhir urain ini maka kembali pada pesan Hadits diatas tersebut maka kita banyak diingatkan agar senantiasa tidak saling membenci, tidak saling memutus hubungan, tidak saling dengki dan bermusuhan. Maka diharapkan agar kita dapat menjadi hamba-hamba Allah yang saling bersaudara. Wallahu a’lam.
Penulis : Sukirman A-Faqir
Sumber : Buletin Kepegawaian Kanreg I BKN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar